src='https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js'/>

Monday 21 March 2016

Sentolo's Handycrafts - A Perfect Semblance of Traditional Ethnic Designs, Sheer Skill and Hard Work

wgCreativity, skill and innovation are the key factors on which any handycraft depends. A handycraft is essentially a piece of artistic excellence brought in use for decorative household items, clothes, furniture, jewelry or anything for that matter. Using special tools, art is crafted on to a piece of fabric, wood, etc. Since time immemorial, handycraft has been enamored as a respectable and tough work that is performed by only those people who have crafting in their blood, i.e if it is their hereditary work. That is the most prominent reason why it is also regarded as a traditional method of making goods for various purposes.

Handycrafts are often used as gift articles as well due to their traditional and beautiful appearances. Today the handycraft industry is flourishing owing to the inclination of a majority of people towards ethnic and traditional designs in handycrafts. Embroidered clothes, sculptured statues, designed lamps, wooden handycrafts, etc. have attracted many a tourist as well as domestic people towards this beautiful facet of art and craft which has reigned Yogyakarta for centuries now. Yogyakarta is well known for its diverse culture and each regency of Yogyakarta Special Province is renowned for its individual handycrafts. Be it the Sentolo District of Kulonprogo Regency, like Sentolo, Salamrejo, Tuksono and Sukoreno, etc. each has an individual style of handycrafts and due to this individuality and uniqueness, the handycrafts coming from these regions are not only different but above par excellence as well.

ta
Yogyakarta handycrafts are said to have been derived from one the oldest civilizations of the world. The vast cultural and ethnic diversity of this colorful land has enabled a variety of motifs, techniques and crafts to flourish and be crafted through innovations. Handicrafts have gained immense popularity as a great gift item as well. Such handycraft items are not only praised but also last for a lifetime.Simple materials like agel, bamboo, cane and various other and  woods, have been transformed into unique pieces of handycrafts by the gifted artisans. The beauty, elegance and exquisite designs of these handicrafts have crafted a niche for themselves in the heart of the art lovers in Yogyakarta and worldwide. The vast range of handycrafts showcasing the rare artistry skills and innovations comprises of handycraft jewelry, handicraft home furnishing items, handicraft decorative items, handycraft table accessories, handycraft antique armory, handycraft paintings, handycraft garden accessories, toys, etc.

Today the handycraft industry is flourishing in every aspect, be it handicraft clothes, antique jewelry, handycraft fashion accessories, and so on. Ethnic designs and innovative styles have given traditional handycrafts a new dimension. Artisans, expert in handicrafts from each state showcase their skills in the handycraft products. Various trade shows, trade fairs give us a chance to plunge in the handycraft world and choose our desired handycraft items.

However, as trade fairs do not happen every day and in case we miss on to those, we should not be disheartened at any cost because the flourishing handicraft industry is easily reachable through the Internet as well. Easy accessibility and faster services make Internet options the most sought after. And, further the task of searching authenticated handycraft manufacturers and suppliers is made easy by the b2b portals and various others. The idea is to get wonderful and exquisite handycraft product options at appropriate prices. And such b2b portals definitely help us in identifying the correct options and thus enhance trusted business.

Handycrafts are valuable and so is the innovation behind them; let's preserve this authentic art and help it.

Saturday 19 March 2016

Kesenian Oglek "Turonggo Seto" dari Gedangan, Sentolo, Kulon Progo

otsKesenian oglek banyak dijumpai di Desa Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. Hampir di setiap pedukuhan di desa ini mempunyai paguyuban yang bergerak di bidang kesenian oglek. Salah satunya adalah Paguyuban Turonggp Seto yang berada di Pedukuhan Gedangan. 

Kesenian oglek adalah salah satu kesenian yang termasuk dalam genre kesenian kuda kepang. Kesenian kuda kepang identik dengan sebuah tarian yang menggunakan properti kuda kepang. Sebuah tarian yang menceriterakan tentang prajurit berkuda dan pada ouncak pertunjukannya diakhiri dengan adegan kesurupan. Meskipun termasuk kedalam genre kuda kepang, kesenian oglek memiliki ciri khas tersendiri.

Ciri khas dari kesenian oglek dapat dilihat dan diperoleh dari unsur-unsur di dalam bentuk penyajiannya, seperti kostum yang dikenakan, iringan musik, bentuk properti dan gerakan serta urutan penyajiannya. Berawal dari bentuk penyajian kesenian oglek Paguyuban Turonggo Seto inilah dapat dilihat perbedaan-perbedaan antara kesenian oglek dengan kesenian ber-genre kuda lumping yang lainnya. 

Unsur-unsur yang ada dalam pertuinjukan kesenian oglek Turonggo Seto juga dapat digunakan sebagai pembeda antara kesenian oglek Turonggo Seto dengan kesenian oglek lain yang masih berada dalam satu desa, karena unsur-unsur yang ada di dalam bentuk penyajian oglek Turonggo Seto memiliki ciri khas tersendiri. Ciri-ciri khas itu hanya terdapat pada bentuk penyajian kesenian oglek Turonggo Seto, sehingga orang dapat mengenali dengan mudah kesenian oglek dari Paguyuban Turonggo Seto pedukuhan Gedangan Desa Sentolo ini.

 

Friday 11 March 2016

Upacara Adat Merti Dusun Taruban

TTTDesa Taruban terletak di wilayah Tuksono, Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. Wilayah dusun Tuksono sendiri dahulunya berasal dari dua kelurahan yang digabung menjadi satu, yaitu dari Kelurahan Kalikutuk dan Kelurahan Kalisana. Di wilayah ini terdapat satu upacara adat yang dikenal sebagai upacara Bersih Dusun Tuksono; namun ada juga yang menyebutnya dengan Bersih Desa Taruban. Upacara adat ini dilakukan satu kali dalam satu tahun oleh warga desa Taruban dan dusun Tuksono pada bulan Sapar setelah panen pertama; di Tuksono, panenan terselenggara dua kali. Sedangkan hari dan tanggal pelaksanaan upacara adat tersebut tidak tetap.

Upacara bersih desa atau dusun tersebut mempunyai beberapa tujuan penting. Warga Tuksono ingin bersyukur kepada Tuhan melalui perantaraan para dhayang leluhur desa yang telah memberikan hasil tani yang berlimpah. Selain itu, upacara adat ditujukan untuk keselamatan para warga dengan menolak kekuatan-kekuatan gaib, roh atau arwah, dan makhluk halus yang gentayangan yang mengganggu desa melalui perantaraan dhayang Eyang Kertayudha. Harapannya adalah agar warga tidak diganggu.

Tujuan lain adalah untuk membersihkan halangan atau kesusahan yang ada (resik sukerta/sesuker) agar kehidupan seluruh warga tenang dan tenteram. Dalam upacara itu juga terungkap usaha pelestarian pesan para leluhur, Eyang Kertayudha, untuk selalu menjaga seluruh wilayah desa dari gangguan ketentraman, baik yang kelihatan maupun tidak kelihatan. Proses upacara adat Bersih Dusun Tuksono sendiri dibagi dalam dua tahap, yaitu upacara Mboyong Mbok Sri dan upacara di Sendang Kamulyan.

Upacara Mboyong Mbok Sri
Upacara Mboyong Mbok Sri ini adalah adat warga yang sebagian besar adalah petani, untuk memuliakan Mbok Sri (Dewi Padi). Setelah panenan pertama (methik), slametan methik (wiwit) biasanya diikuti oleh anak-anak kecil yang membawa ubo rampe seperti janur kuning, kembang setaman, kemenyan, kaca, suri, air kendhi, jajan pasar, bungkusan nasi dan pisang, kemudian dibawa ke areal persawahan.

Setelah pembacaan mantra, pemimpin upacara memotong padi untuk dibuat menjadi boneka penganten disebut Parijata atau Pari Penganten, kemudian anak-anak membawa tangkai padi ke empat pojok sawah tempat padi yang akan dipanen. Sesudah itu nasi dibagiï-bagikan kepada yang mengikuti upacara  dengan cara diperebutkan sedangkan padi yang dibentuk boneka penganten dibawa pulang dengan digendong dan dipayungi untuk disimpan di dalam lumbung padi (petanen/pedharingan/senthong tengah).

Masyarakat Jawa menganggap bahwa lumbung padi ini disediakan secara khusus bagi Mbok Sri untuk beristirahat, oleh karena itu, ruangan ini disucikan dan tidak boleh digunakan untuk tidur oleh orang biasa. Di lumbung tersebut, tersimpan juga godhong kluwih, dhadhap serep, godhong mojo, godhong tebu, godhong jati dan godhong luh untuk alas dan tutup agar padinya tidak cepat rapuh. Godhong jati mempunyai maksud agar berhati-hati menggunakan padi yang disimpan di lumbung, godhong kluwih digunakan sebagai pengawet padi supaya tahan lama.

Rangkaian sesaji upacara Mboyong Mbok Sri adalah sebagai berikut :
  • Sambel Gepleng (dele), untuk menyatukan rasa seperti rasa jauh dekat, rasa pedas asin itu semua satu rasa. Sambel gepleng ini dibuat dari bahan dele, cabe, gereh dengan bermacam-macam rasa dijadikan satu sehingga enak rasanya, mengibaratkan menyatunya warga Tuksono,
  • Dhem�dheman yang terdiri dari godhong dhadhap serep, godhong alang-alang, godhong turi, godhong koro, gandhos katul, dimaksudkan agar tentram karena persediaan hasil panan,
  • Srabi/Apem mempunyai maksud agar tentram,
  • Gudhangan, lauk pauk campuran sayur-sayuran hasil bumi dengan kelapa dimaksudkan agar kita selalu ingat akan hidup kita yang ditopang oleh tumbuhan hasil bumi, dan
  • Tukon Pasar sebagai kelengkapan sasaji yang harus disertakan untuk Mboyong Mbok Sri.
Upacara di Sendang Kamulyan
Upacara adat ini diselenggarakan di Sendang Kamulyan sebagai ungkapan syukur atas karunia Yang Maha Agung atas hasil pertanian yang memuaskan. Para warga membawa tumpukan padi dan berkumpul di Sendang Kamulyan. Setelah selesai didoakan, padi tersebut dibagi-bagikan kepada warga yang datang untuk dijadikan benih. Perlengkapan yang harus ada pada upacara ini adalah rokok Srutu dan arak/ciu putih.

Rangkaian sesaji upacara di Sendang Kamulyan :
  • Teh ayep dan kopi pahit, untuk para leluhur dimaksudkan agar terhindar dari gangguan roh jahat,
  • Rokok srutu dan ciu putih, yang merupakan kesukaan Eyang Kertayuda,
  • Rujak madu mangasa, agar selalu segar bugar,
  • Rujak buahï-buahan hasil tanaman penduduk, maksudnya kebugaran itu diciptakan oleh diri sendiri,
  • Nasi gurih dan ingkung, agar segala sesuatunya yang ada di dusun Tuksono tenteram dan segala keinginan warga dikabulkan Tuhan,
  • Gedhang Raja setangkep, untuk meluhurkan leluhur, dan
  • Tumpeng sebagai lambang kekuasaan Yang Maha Agung.
Sesaji ini dibuat oleh masing-masing kepala keluarga dan selanjutnya dibawa ke rumah Kepala Dusun dan sebagian yang lain dibawa ke Sendang Kamulyan untuk diminta berkah Yang Maha Agung melalui Eyang Kertayuda. Setelah pembacaan doa, pemimpin upacara membagikan sesaji kepada warga, dan pada malam harinya dilaksanakan pergelaran wayang kulit atau kethoprak. Diselenggarakan pula satu kesenian rakyat yang wajib hukumnya, yaitu tayuban (tari tayub) yang konon digemari oleh leluhur warga, yaitu Eyang Kertayuda.



Sosok Wanita Penggerak UMKM

Kekayaan alam dan budaya yang begitu besar bila dimanfaatkan secara baik oleh masyarakat mampu memberikan manfaat yang tak terhingga, terutama untuk meningkatkan pendapatan keluarga.

Bahkan tumbuhan yang semula dianggap tidak berguna dengan sentuhan seni tinggi mampu bernilai jual tinggi, bahkan mampu mengangkat derajat seseorang yang semula hanya sebagai pembantu rumah tangga menjadi seorang pengusaha cukup sukses, dan mampu menopang kehidupan keluarga.

Susmirah merupakan contoh pengusaha kerajinan sukses asal Desa Salamrejo, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, DIY, selain mampu menjadi seorang pengusaha kerajinan yang cukup sukses ia juga mampu memotivasi masyarakat sekitar termasuk pembantu rumah tangganya untuk menjadi pengrajin, sekaligus pengusaha kerajinan yang sukses.

Selain membantu masyarakat sekitar untuk sama-sama memanfaatkan potensi yang ada di Kabupaten Kulonprogo untuk dijadikan kerajianan tangan yang enak dipandang mata, Susmirah yang kini sukses membangun toko kerajinan seni dan oleh-oleh khas Yogya dan Jawa Tengah diberi nama Yog-javanesia Craft, juga menghimpun para pengrajin untuk bisa sama-sama memasarkan hasil produk yang telah mereka buat.

Sukses yang sekarang diperoleh Susmirah bukan tanpa hambatan. Jatuh bangun usaha yang dirintisnya mulai dari bawah ini pernah mengalami kegagalan yang membuat kami sekeluarga harus hidup prihatin. Namun berkat kerja keras, disiplin dan prinsip tidak mudah menyerah akhirnya impian untuk dapat mendirikan pusat kerajinan bisa terwujud seperti sekarang ini.

Gempa Melanda
Ketika awal pusat kerajinan didirikan, Yog-javanesia Craft dilanda gempa yang cukup dahsyat, sehingga sebagian bangunan ambruk. Untuk bangkit kembali membangun gedung ini susmirah  harus merelakan sebagian besar modal usaha, sehingga  harus menunggu beberapa waktu lamanya untuk kembali memulai usaha.

Karena itu ia harus kembali memulai usaha ini dengan memanfaatkan kerajinan yang berasal dari Kulonprogo, terutama kerajinan serat enceng gondok, daun tebu dan sebagainya.
Bahan-bahan itu dibuat berbagai karajinan khas seperti tas, pajangan rumah, sampai kursi makan yang terbuat dari anyaman pelepah pisang, dengan kisaran harga mulai puluhan ribu sampai ratusan ribu rupiah

Yog-Javanesia craft bukan hanya menjualkan barang-barang kerajinan khas Yogya khususnya, dan Jawa Tengah umumnya, namun juga menyediakan kios untuk dimanfaatkan para pengrajin untuk menjual barang-barang hasil buatan mereka sendiri.

Apa yang dilakukan Susmirah dapat dijadikan contoh bagi kaum ibu yang ingin maju dalam mengembangkan industri kerajinan, terutama sekali bagi mereka yang saat ini sedang mengelola Posdaya, agar yang mereka upayakan di Posdaya dapat di pasarkan di galeri milik Susmirah.

Keterbukaan Susmirah untuk mau membina industri kerajinan bukan hanya dimanfaatkan masyarakat sekitar, tapi juga oleh masyarakat Indonesia dari daerah lain, terutama masyarakat Papua yang tergabung dalam Dekranas untuk magang di galeri kerajinan milik Susmirah.

Selain menyediakan produk tadi, Yog-Javanesia Craft juga menyediakan berbagai jenis oleh-oleh pengenan khas Yogja dan Jawa Tengah yang telah dimodifikasi seperti gula merah rasa strawberi dan sebagainya.

Dengan adanya galeri Yog-Javanesia Craft yang saat ini dikelola secara profesional oleh anak-anaknya, kegiatan Susmirah lebih fokus pada penyediaan barang kerajinan dan isi galeri, sedangkan manajemen di serahkan kepada anak-anaknya yang alumni perguruan tinggi.

Sentolo Go International dengan Serat

Sentolo merupakan satu Kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, tepatnya di jl. Raya Jogja Wates Km. 17. Di wilayah ini ada beberapa sentra industri kerajinan yang beroperasi dan salah satunya ada di desa Salamrejo, Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon progo Yogyakarta ini.

Beberapa hasil kerajinan yang dihasilkan oleh desa ini yang berbahan serat adalah anatara lain tas, topi, pajangan rumah dengan berbagai model dan bentuk. Serat yang digunakan sebagai bahan pembuat kerajinan tersebut adalah serat agel, enceng gondok dan pandan serta akar wangi. Kerajinan serat didesa tersebut sudah berkembang sejak tahun 1970, namun pemasaran sangatlah sulit hingga tahun 1980-an, dan mengakibatkan banyaknya pengrajin yang gulung tilkar.

Pada saat krisi moneter yang melanda Indonesia tahun 1997 justeru berbuah manis bagi para pengrajin serat ditempat ini. Ini karena para pengusaha dan konsumen lebih memilih produk yang dengan fungsi sama, bentuk juga tidak berbeda tetap up to date namun dengan harga yang lebih murah, kerajinan seratmaka salah satunya adalah beberapa produk yang terbuat dari serat tersebut.

Ini juga tidak lepas dari salah satu tokoh yang bernama Susmirah yang lebih dari 30 tahun menggeluti serat tersebut, dari mulai sebagai pekerja pada sebuah pengusaha serat hingga menjadi pemilik usaha kerajinan serat terbesar di Sentolo. Yang salah satunya juga perannya mendirikan Jogjavanesia Craft Shop di Sentolo tersebut.

Jumlah pengepul di Sentolo ini sudah lebih dari 13 orang, beberapa diantaranya telah mengekspor produk kerajinannya tersebut ke beberapa Negara seperti jepang dan korea. Setiap pengepul biasanya mensubkan bahan baku kepada pengrajin yang ada di desa salamrejo tersebut yang kerajinan seratjumlahnya sudah mencapai ratusan dengan system borongan. Kemudian para pengrajin mengerjakan serat tersebut dirumah masing masing pengrajin hingga menjadi anyaman yang selanjutnya diambil oleh pengepul untuk dilakukan finishing dengan ditambah hiasan pita dan bunga.

Tiap tiap pengepul tersebut bisa menghasilkan sedikitnya 100 tas setiap minggunya, yang sebagian besar merupakan pesanan dari pulau Bali, Yogya dan sekitarnya selain itu sebagai pajangan di showroom mereka. Walaupun demikian pekerjaan utama mereka yang mayoritas sebagai petani tidak mereka tinggalkan karena pekerjaanmembuat anyaman dari serat tersebut bisa menjadi pekerjaan sambilan yang dikerjakan dirumah mereka masing-masing.

How to get there :

Dengan kendaraan umum dari Yogyakarta naik bus jurusan Wates turun di dusun Ngelo desa Salamrejo, kecamatan Sentolo di jl. Raya Yogya Wates Km. 17
Kendaraan Pribadi roda dua maupun empat dijamin bisa masuk ke lokasi.

Tempat terdekat :

Lokasi lain yang ada disekitar Sentolo diantaranya Pantai trisik, pantai Bugel, dan pantai Glagah serta waduk Sremo.

Thursday 10 March 2016

Seputar Pengrajin Agel Serat / Alami Sentolo

psaProses pembuatan kerajinan dari serat agel Sentolo melibatkan banyak proses yaitu pemasokan agel dalam hal ini dari petani daerah setempat dan daerah Banyuwangi Jawa Timur, pemisahan serat dan lidinya, pemilinan serat menjadi tali tampar, pewarnaan, penganyaman, pemasangan asesoris, pengemasan dan pemasaran. Seluruh proses tersebut masih dilakukan secara manual. Pada saat ini para pengrajin lebih memilih membeli bahan baku yaitu tampar serat agel dari luar daerah, hal ini dikarenakan pilinan tampar serat agel yang mereka lakukan sebelumnya hanya secara manual sehingga kualitas pilinannya kurang bagus dan memerlukan waktu yang sangat lama, sedangkan dengan membeli kualitasnya jauh lebih bagus. Namun konsekuensinya mereka harus mengeluarkan biaya yang jauh lebih besar juga. Mitra sangat mengharapkan dapat memiliki mesin pemilin sendiri, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan bahan baku pilinan tampar serat agel.

Para pengrajin belum memiliki pengetahuan tentang cara pewarnaan yang aman baik bagi diri dan lingkungannya. Saat ini mereka masih menggunakan pewarna kimia yang berbahaya. Terlebih lagi mereka juga belum memiliki pengetahuan tentang komposisi campuran pewarna yang semestinya, serta cara penanganan dan instalasi limbah yang aman. Mereka hanya melakukan penimbunan dengan membuat kubangan disamping rumah sebagai tempat pembuangan limbah yang berupa plastik dan sisa pewarna kimiawi, padahal limbah tersebut merupakan limbah yang tidak dapat diurai. Oleh karena itu pelu adanya bimbingan untuk memberikan pengetahuan tentang pewarnaan dan pengolahan limbah yang aman.
Proses manajemen yang dilakukan oleh mitra masih sangat sederhana. Mitra belum melakukan pembukuan yang rutin sehingga pencatatan cash flow belum dimiliki. Oleh karena itu diperlukan pembenahan sistem administrasi. Permodalan yang digunakan oleh para pengrajin menggunakan modal pribadi dan belum pernah mendapatkan pinjaman dari manapun.

Pemasaran yang dilakukan oleh mitra pada awalnya (tahun 1992) dilakukan dengan menitipkan kepada pedagang di sekitar Malioboro dan hotel-hotel di Yogyakarta melalui sistem konsinyasi. Kendala sistem ini adalah diperlukannya modal yang relatif besar. Mulai tahun 1996, para pengrajin telah menjual produknya ke luar daerah seperti Jakarta, Bandung, Bali dan Sumatra, bahkan pernah pula mendapatkan pesanan dari luar negeri yaitu Australia meskipun lewat eksportir. Dalam usaha memasarkan produknya, para pengrajin yang tergabung dalam "Fayaco Handycraft" sering mengikuti pameran yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat. Disamping itu banyak juga wisatawan domestik maupun pengepul yang langsung datang ke lokasi mitra. Sebagai penunjang pemasaran produknya, mitra membuat showroom yang masih sederhana dan belum tertata dengan rapi. Oleh karena itu mitra memerlukan sarana pemasaran yang memadahi misalnya pengadaan show room dan katalog produk atau pengembangan pemasaran melalui media internet agar lebih dikenal oleh masyarakat luas.

Keberadaan "Fayaco Handycraft" ini sangat besar manfaatnya bagi para pengrajin yang semuanya adalah masyarakat sekitar desa Salamrejo. "Fayaco Handycraft" telah mampu merangsang para pengrajin untuk bangkit dan terus bersemangat dalam menjalankan usahanya, setelah dihantam krisis global pada tahun 2008. Dari 15 pengrajin yang tergabung, 60%nya adalah kaum perempuan, sehingga keberadaan "Fayaco Handycraft" ini secara tidak langsung telah ikut memberdayakan wanita di desa Salamrejo. Mereka tidak lagi hanya menjadi ibu rumah tangga, namun juga mampu berkarya demi mengangkat perekonomian keluarga. Dalam kelompok ini, para pengrajin dapat memanfaatkan sebagai wadah untuk komunikasi saling bertukar pikiran dan informasi untuk mengatasi berbagai hambatan yang mereka hadapi. Bahkan mereka saling melengkapi bilamana ada pesanan dalam partai besar.

Meskipun hanya dengan kemampuan seadanya mereka terus berusaha untuk dapat selalu berproduksi dan terus menigkatkan kualitas produknya. Pengurus "Fayaco Handycraft" juga terus berusaha membangun hubungan dengan berbagai pihak dalam rangka untuk pemasaran produk kerajinan yang dihasilkan. Selama ini mereka telah berhubungan baik dengan dinas perindustrian, perdagangan dan koperasi Kabupaten Kulon Progo. Namun hubungan tersebut sebatas memberikan informasi kepada pengrajin bilamana ada kegiatan-kegiatan pameran. "Fayaco Handycraft" sangat berharap untuk dapat menjalin hubungan kerjasama dengan pihak perguruan tinggi agar dapat memberikan bantuan baik berupa pelatihan, penerapan teknologi, perbaikan manajemen, sistem pemasaran yang efektif sehingga dapat meningkatkan produktivitas pengrajin anggota "Fayaco Handycraft"

Wednesday 9 March 2016

Serat Agel : Bahan baku utama kerajinan rakyat Sentolo

Serat agel (Corypha gebanga) telah dikenal oleh masyarakat sejak puluhan tahun yang lalu khususnya masyarakat Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dahulu masyarakat menggunakan daun agel sebagai bahan tali dan bahan pembuatan bagor (karung). Saat ini daun agel telah dimanfaatkan dengan diambil serat daunnya untuk bahan baku pembuatan aneka kerajinan.

Kulon Progo merupakan daerah yang banyak ditumbuhi pohon agel khususnya daerah pinggiran sungai Progo yaitu daerah Sentolo sampai Brosot. Pada perkembangannya masyarakat melalui berbagai pelatihan tentang pengembangan kerajinan yang difasilitasi oleh pemerintah setempat berupa pengadaan pelatihan maka masyarakat Kulon Progo khususnya masyarakat Sentolo telah banyak yang berwirausaha produksi aneka kerajinan yang berbahan baku serat agel. Oleh karena itu di daerah Sentolo merupakan sentra kerajinan serat agel khususnya di desa Salamrejo.

Desa Salamrejo Kecamatan Sentolo ditetapkan Pemerintah Kabupaten Kulonprogo sebagai sentra kerajinan di Bumi Menoreh. Kerajinan yang terkenal menggunakan bahan baku serat alam ini pemasarannya sudah mencapai mancanegara. Sejarah perkembangan kerajinan serat alam Desa Salamrejo sudah dimulai secara turun temurun sebagai kerajinan rumah tangga. Namun seiring dengan industrialisasi dan menguatnya permintaan dari luar daerah, mulai tumbuh rumah-rumah kerajinan dengan skala besar.

Di desa tersebut, kini terdapat sekitar 801 pengrajin yang tergabung dalam 28 kelompok usaha kerajinan (craft). Tenaga kerja pun mayoritas adalah penduduk setempat. Tak heran bila hampir di setiap teras rumah terlihat perempuan yang tengah menganyam serat.

phn agelMitra dalam kegiatan ini adalah kelompok industri kerajinan serat agel "Fayako Handycraft" yang terletak di dusun Karang Wetan RT 10/ RW 09 Salamrejo Sentolo Kulon Progo. Pengrajin yang tergabung dalam “Fayaco Handycraft” hingga saat ini berjumlah 15 pengrajin. Mitra ini membuat berbagai produk kerajinan dari serat agel dan bahan alternatif berupa anyaman kertas bekas serta dari bahan serat alam lainnya (daun pandan, mendong, enceng gondok, pelepah pisang, dll). Produk kerajinan yang dihasilkan antara lain berbagai bentuk tas, dompet, sarung bantal, taplak meja, kotak serbaguna dan berbagai macam souvenir.

Kapasitas produksi yang dihasilkan oleh mitra rata-rata 1000 pcs per minggu, dengan harga jual yang bervariasi. Untuk souvernir kecil dijual dengan harga mulai Rp. 2000 hingga Rp. 10.000. Dompet dijual dengan harga berkisar Rp. 25.000 hingga Rp. 60.000. Tas dijual dengan harga mulai Rp. 60.000 hingga 150.000. Sedangkan sarung bantal, taplak meja, kotak sebaguna, dan produk lainnya disesuaikan dengan pesanan.